Mata Menguak Kenangan: Percobaan Fitur Pengenalan Wajah pada Kacamata Pintar Ray-Ban AI


Warta Bulukumba

– Dalam suatu kafe yang penuh sesak, tampaklah seseorang memakai kacamata hitam gaya retro. Awalnya namparan biasa saja. Namun di belakang lensanya, teknologi sedang beroperasi. Wajah para pengunjung disekitarnya diam-diam diproses, diketahui identitas mereka bahkan hingga si pemilik wajah tak mengetahuinya. Kini mata manusia telah bertemu dengan kecerdasan buatan. Inilah tujuan masa depan yang digarap oleh Meta.

Dilansir dari
Gadgets 360
Pada hari Kamis, dikabarkan bahwa Meta sedang mengerjakan teknologi pengenal wajah (face recognition) untuk kacamata cerdasnya yang bernama Ray-Ban Meta AI. Teknologi tersebut bakal membolehkan pemakainya mendeteksi individu di lingkungan sekeliling mereka melalui sekedar tatapan singkat.

Fitur deteksi wajah tersebut diketahui menggunakan teknologi dalam yang dikenal sebagai “super sensing,” yang memanfaatkan kecerdasan buatan real-time (Live AI). Apabila diluncurkan, hal ini mungkin akan menjadi salah satu tindakan paling menuai polemik bagi Meta setelah merilis perangkat wearable-nya.

Pilihan, namun tetap ada batasannya.

Meta mengatakan bahwa fitur tersebut bersifat optional. Ini berarti pemakai kacamata dapat memilih untuk menggunakannya atau tidak. Namun, terdapat pengecualian penting: individu yang wajahnya discan tidak memiliki opsi untuk menolak.

Sampai sekarang, Ray-Ban Meta AI telah memiliki lampu LED yang berfungsi sebagai penanda aktivitas kamera saat perangkat tersebut digunakan. Akan tetapi, masih belum diketahui apakah akan terdapat tanda serupa ketika fitur deteksi wajah dihidupkan. Yang lebih mengkhawatirkan adalah laporan bahwa Meta sedang mempertimbangkan pilihan untuk menonaktifkan indikator cahaya tersebut ketika teknologi pemindai muka dipakai.

Maknanya, wajah Anda dapat diidentifikasi tanpa Anda sadari.

Dari percobaan para mahasiswa Harvard hingga potensi di skala global

Tanda dari kemampuan tersebut telah terlihat sebelumnya. Pada tahun lalu, dua siswa Harvard mengembangkan sebuah sistem yang disebut I-XRAY. Sistem ini merupakan kombinasi dari kacamata cerdas Meta, model bahasa berukuran besar (LLM), pencarian wajah, serta basis data umum.

Dalam demo mereka, wajah teman sekelas bisa diidentifikasi secara real-time: nama, lokasi, dan data personal langsung muncul di layar kecil kacamata.

Walaupun I-XRAY tidak pernah dilepas ke pasaran secara resmi, kesuksesannya mengindikasikan bahwa teknologinya telah dapat berjalan dengan baik. Kini tampaknya Meta bersiap untuk memperkenalkan hal ini dalam skala dunia.

Hak pribadi versus inovasi: Siapakah pemenangnya?

Tindakan Meta menimbulkan kontroversi signifikan: dari satu sisi, teknologi tersebut memfasilitasi interaksi yang lebih pribadi dan berorientasi masa depan.

Sebaliknya, timbul ketakutan yang signifikan mengenai invasi privasi, pemakaian data secara tidak sah, serta pengawasan tanpa persetujuan.

belum jelas waktunya ketika fitur tersebut akan diluncurkan untuk umum. Tetapi satu hal yang pasti: babak baru dari interaksi sosial digital tengah dimulai — dan kita semua terlibat didalamnya, apakah kita mau atau tidak. ***