PIKIRAN RAKYAT –
Panitia Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 dan Dinas Pendidikan Jawa Barat menerima sekitar 2.300 aduan selama proses pendaftaran SPMB yang berjalan dua hari.
Diketahui, SPMB 2025 untuk tingkat SMA/SMK jalur domisili, afirmasi, dan mutasi, serta SLB di Jabar dimulai kemarin, Selasa 10 Juni 2025. Proses pendaftaran serta verifikasi data akan berlangsung sampai Senin 16 Juni 2025 mendatang.
Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan Jabar Ai Nurhasan mengungkapkan, dalam waktu satu jam sejak pendaftaran, langsung ada 21 juta kunjungan ke situs web SPMB. Kemudian, menginjak pukul 9.00 pagi mencapai 40 juta kunjungan.
“Kami mengantisipasi hal ini dengan membuka ruangan antre virtual sambil terus mengukur kapasitas server. Kami upayakan setiap trouble langsung diselesaikan,” ujar Ai melalui telepon, Rabu, 11 Juni 2025.
Orang tua calon siswa SMA dan SMK selalu panik saat mendaftar. Ini wajar. Padahal, pendaftaran baru dibuka satu pekan lagi. Jadi, kata Ai, setiap pendaftar dilayani bergantian.
Tercatat, jumlah pendaftar per Selasa 10 Juni 2025, sebanyak 64.109 peserta dari 200 juta kunjungan ke situs web. Jumlah ini setara dengan 14% dari total kuota SMA dan SMK.
Menurut Ai, banyak yang bolak-balik kunjungan, padahal kalau sudah masuk di ruang tunggu, antre saja. Lalu, banyak juga yang terus mengklik refresh page.
This translation maintains the original meaning and context of the provided text in Bahasa Indonesia:
Salah satu orangtua murid Tri (41) menyebutkan, dia telah masuk ke situs web pendaftaran SPMB sejak pukul 9.00 pagi. Akan tetapi, dia harus menunggu lebih dari dua jam untuk masuk ke laman unggahan data. Dia bahkan baru sukses mendaftar pada Rabu (11/6/2025) siang.
Dia juga mengakui, sebagian besar hambatan ada di kemampuan masing-masing orangtua dalam mengunggah berkas.
“Buat yang jarang menyentuh teknologi, sistemnya cukup merepotkan. Soalnya banyak yang harus dipindai, diunggah, dan ukuran berkasnya juga ada aturannya, enggak boleh kegedean, jadi harus resize berkas” kata Tri.
Lebih adil
Tri mengakui, SPMB 2025 lebih adil, karena jalur domisili maupun prestasi memiliki ketentuan yang mengikat. Asal, kata Tri, tidak ada tangan-tangan siluman yang mencurangi sistem. Apalagi, berdasarkan pengalaman, mau seketat apapun aturannya, oknum yang nakal selalu ada.
Orangtua calon murid SMA lainnya, Anwar (44) juga harus menunggu untuk masuk ke laman pendaftaran SPMB. Meskipun ada pilihan untuk masuk SMA melalui jalur prestasi, tapi dia ingin mencoba di jalur domisili terlebih dahulu.
“Sebenarnya ada plus minusnya di jalur domisili ini. Plusnya, tempat tinggal memang dekat dengan sekolah, tapi cabang olahraga yang diminati tidak ada. Sementara minusnya, untuk jalur prestasi nanti ada tes yang terstandar. Jadi kami berusaha dulu saja,” ujar Anwar.
Anwar mengaku, dia telah mencoba masuk ke laman sejak pagi. Akan tetapi, sampai pukul 19.30 semalam situs web SPMB 2025 tidak bisa diakses. Hanya ada tulisan, “gagal memuat halaman. Coba beberapa saat lagi.” (*)