Mataramnews.co.id
Di lingkungan profesional, memiliki gagasan brilian serta keterampilan teknis saja belum mencukupi.
Beberapa karakteristik, apabila tak dikenali dari awal, dapat menghalangi kemajuan karier Anda. Misalnya, asumsi tersembunyi tentang sesuatu pastilah akan membatasi peluang keberhasilan.
Sebuah video dari Raymond Chin yang mengkritisi sikap dan mentalitas sebagian Gen Z telah menjadi viral (26/12/24), dengan lebih dari 1,1 juta penonton dan 64 ribu likes per 9 Mei 2025.
Pada video tersebut, Raymond menggarisbawahi berbagai ciri negatif yang ia yakini bisa memperlambat kemajuan karier generasi saat ini dalam lingkungan kerja profesional.
Namun demikian, Raymond menggarisbawahi bahwa tak seluruh ciri-ciri Generasi Z bersifat negatif. Menurutnya, generasi ini bakal menjadi pemimpin yang akan merintis serta membimbing masa depan dunia dalam waktu 10 sampai 20 tahun mendatang.
Oleh sebab itu, dia berpandangan bahwa sangatlah vital untuk memberikan kritik yang membangun supaya Generasi Z dapat tumbuh dengan lebih optimal.
1. Terbawa Perasaan: Kualifikasi Profesional Tidak Boleh Bergantung pada Emosi
Raymond mengkritik tendensi pada sebagian Generasi Z yang cenderung terlalu dipengaruhi oleh emosi (baper) di tempat kerja.
Sebenarnya, dalam lingkup profesional berlaku aturan “profesional tetap profesional”. Ini menunjukkan bahwa saat telah ditugaskan suatu tugas, pekerjaan tersebut harus terselesaikan dengan tidak menghiraukan perasaan atau keadaan emosi seseorang.
“Bila dicekal, ya disambut. Bila tidak bersemangat, ya tetap bekerja. Terlebih lagi jika ada uang dan tanggung jawab di sana,” jelas Raymond.
Ia juga menyayangkan sikap diam atau pasif-agresif yang ditunjukkan ketika menghadapi masalah di tempat kerja. Komunikasi dan komitmen jauh lebih penting daripada sekadar perasaan pribadi.
2. Naif: Terlalu Percaya Apa yang Dilihat di Media Sosial
Raymond mengatakan bahwa banyak anggota Generasi Z yang masih terlalu polos dan cepat menelan mentah-mentah informasi dari platform media sosial. Sebenarnya, materi yang dipublikasikan disana seringkali telah dirancang atau dimodifikasi secara cermat guna membina citra positif atau reputasi tertentu.
Dia mengusulkan supaya Generasi Z mulai menganalisis dengan lebih cermat data dan informasi yang mereka serap. “Bertanyalah ‘mengapa’, jangan langsung mempercayai segala sesuatu yang tampil di layar.”
3. Ingin Serba Instan: Menghindari Proses dan Perjuangan
Sikap ingin serba instan tanpa berpikir panjang juga menjadi tantangan besar bagi banyak Gen Z. Dalam dunia profesional, kualitas seperti ketekunan (perseverance) dan ketahanan mental (resilience) tidak bisa digantikan dengan jalan pintas.
Kesuksesan membutuhkan proses, perjuangan, dan pembelajaran berkelanjutan. Raymond menyarankan agar Gen Z lebih sering melakukan introspeksi, berdiskusi dengan teman dekat, serta membuka diri untuk belajar dari generasi sebelumnya.
Ambillah aspek-aspek baik dari generasi sebelumnya—misalnya pengetahuan dan ketekunan—kemudian gabungkan dengan kelebihan milenial Z seperti kreativitas, kemampuan untuk cepat mempelajari sesuatu, serta rasa ingin tahunya yang besar. Hal utamanya adalah jangan sampai egomu menghalangimu menerima metode-metode tradisional yang masih bermanfaat. Sejauh ini, perubahan nyata hanya bisa datang setelah kita menyadarinya sendiri.