5 Tips Cerdas Menggunakan PayLater Agar Keuangan Tetap Sehat

Phenomena pembayaran dengan sistem pay later telah berkembang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Untuk banyak pemuda, layanan ini menjadi penyelamat saat akhir bulan atau ketika hasrat berbelanja melebihi jumlah uang di dompet mereka. Meskipun dikemas dengan janji kenyamanan dan angsuran yang rendah, pay later dapat saja menjadi musuh tak kelihatan dari segi keuangan Anda.

PayLater memang tampak sangat mudah: Anda dapat membeli barang saat ini dan membayar tagihannya nanti. Namun, di balik keringanan tersebut, tersimpan perangkap psikologi yang kerap luput dari pengamatan. Cicilan kecil-kecilan bisa berkembang menjadi beban hutang besar yang merugikan kondisi finansial bulanan. Banyak remaja dan pemuda ternyata kesulitan keluar dari jurang utang yang bertambah secara diam-diam setiap bulannya.

Agar terbebas dari resiko itu, berikut ada beberapa tindakan mudah tapi signifikan yang dapat membantu kita menggunakan layanan paylater secara cerdas—agar tidak justru menjadi budak daripadanya.

1. Ketahui bahwa PayLater merupakan Hutang

Pertanyaan terpenting tentang sistem paylater ada pada bagaimana kita melihatnya. Sebagian besar orang memandangnya seperti bonus atau sejumlah dana ekstra, tetapi hakikatnya, layanan ini merupakan pinjaman dan pastinya harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Kalau seseorang masih merasa tidak mampu untuk memboyong produk itu menggunakan uang cash, maka bisa dipastikan pula mereka bakalan berkelit saat waktunya membayarnya kembali.

Jangan biarkan kenyamanan instan menipu kita. Sebelum mengklik “Bayar Nanti”, biasakan untuk bertanya: “Kalau harus bayar sekarang juga, apakah saya sanggup?”

2. Batasi Hingga 20% dari Pendapatan Anda

Menetapkan limit dalam penggunaan merupakan hal penting. Sebaiknya, jumlah angsuran—sama-sama termasuk layanan belanja tanpa tunai—harus tidak melewati 20% pendapatan setiap bulannya. Contohnya, jika seseorang mendapatkan upah sebesar Rp5 juta tiap bulan, anggaran tertinggi untuk pembayaran mencicil harus di bawah atau sama dengan Rp1 juta. Melampaui ambang tersebut dapat menyebabkan kesulitan dalam memenuhi keperluan dasar lain seperti biaya makan, kendaraan pribadi, serta dana simpanan.

PayLater idealnya tidak boleh menggantikan pendapatan, tetapi harus menjadi tambahan yang dipakai dengan cara terkontrol dan terukur.

3. Jauhi Penggunaan Berlebihan dari Beberapa Aplikasi

Hanya satu aplikasi paylater saja sudah terbilang sangat menggiurkan. Coba bayangkan bila kita mempunyai dua hingga tiga akun yang aktif—kemungkinan hilang kontrol menjadi semakin tinggi. Semua pilihan angsuran ini dapat menyulitkan kita dalam melacak jumlah hutang secara keseluruhan, apalagi jika setiap akun memiliki masa tenggang serta tanggal jatuh tempo yang tidak seragam.

Konsentrasikan diri Anda hanya pada sebuah platfom untuk mempermudah serta mengukur kontrol atas aspek finansial.

4. Perhatikan Bunga dan Tanggal Kedaluwarsa

Jangan enggan untuk memeriksa detail syarat dan ketentuannya. Meskipun banyak layanan pay later memberikan opsi angsuran tanpa bunga, tetapi tak sedikit pula yang mencantumkan biaya bunga minimal setiap bulan. Ketika dikalkulasikan sepanjang periode pembayaran, totalnya mungkin akan melebihi harga awal produk tersebut. Ditambah dengan sanksi keterlambatan yang dapat menjadi beban tambahan.

Ketahui kapan tagihan muncul, besarnya jumlahnya, sertapastikan Anda memiliki saldo yang mencukupi sebelum tanggal kedaluwarsa pembayaran.

5. Pakai hanya saat diperlukan secara mendesak

Paylater idealnya harus digunakan sebagai alternatif dalam situasi genting, bukan sarana untuk mewujudkan hasrat berbelanja secara tidak terkontrol. Hanya gunakan ketika sangat diperlukan, seperti untuk hal-hal berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, atau kebutuhan rumah tangga yang urgent. Memesan pakaiandiskon ataupun perangkat elektronik baru dapat ditunda — stabilitas finansial Anda jauh lebih krusial.

Remaja masa kini menjalani kehidupan di tengah revolusi digital yang serba mudah namun dipenuhi dengan berbagai risiko. Satu dari tantangan tersebut adalah godaan gaya hidup cepat yang dikemas melalui layanan perbankkan daring seperti sistem pembayaran deferrable atau lebih dikenal sebagai paylater. Kami tidak sepantasnya menutup pintu penggunaanya—namun kami harus bijaksana saat merencanakan dan menggunakan fasilitas semacam itu.

Menciptakan tabiat keuangan yang baik sejak awal tak sekadar berkaitan dengan kelangsungan hidup saat ini, melainkan juga mengenai merumuskan masa depan yang lebih kokoh. Sebab, perjalanan hidup sangatlah panjang, dan hutang berlebih hanya akan mencegah kita mencapai cita-cita di waktu datang.

Kalau paylater adalah pisau, maka kita harus tahu cara memegang dan menggunakannya. Jangan sampai tangan kita sendiri yang terluka. Bijak itu keren.