Mataramnews.co.id, JAKARTA –
Calon Rektor Universitas Terbuka (UT) periode 2025–2030, Prof Udan Kusmawan, mengusulkan arah kepemimpinan berbasis transformasi digital dan internasionalisasi tridharma perguruan tinggi sebagai landasan utama dalam membangun tata kelola akademik dan administratif yang unggul.
Menjawab tantangan zaman, Udan menegaskan pentingnya membangun UT sebagai institusi yang tidak hanya relevan secara nasional, tetapi juga berdaya saing global.
Menurutnya, transformasi digital bukan sekadar adaptasi teknologi, tetapi pondasi utama untuk memperluas akses pendidikan yang berkualitas, menjamin transparansi layanan akademik, dan membangun sistem yang tangguh di tengah disrupsi teknologi.
Dia memandang bahwa UT harus menjadi pelopor dalam inovasi pembelajaran berbasis teknologi.
Digitalisasi bahan ajar, layanan tutorial online, serta sistem ujian berbasis web menjadi komponen krusial yang dikembangkan agar pendidikan benar-benar menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang tinggal di wilayah terpencil dan minim infrastruktur.
Prinsip ‘Pendidikan harus bisa diakses siapa saja, kapan saja, dan di mana saja,’ menjadi roh dalam menghidupkan kembali semangat pendidikan ‘Menjangkau yang Tak Terjangkau,'” kata Udan kepada wartawan, Rabu (11/6/2025).
Namun, transformasi digital tidak akan berarti tanpa penguatan tata kelola institusi. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UT tahun 2013-2021 ini menekankan pentingnya membangun sistem yang bersih, transparan, dan bebas dari praktik tidak etis.
Udan berkomitmen menciptakan ekosistem kerja yang menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme, sembari mendorong budaya kerja inklusif dan meritokratis.
Dalam pandangannya, tata kelola yang unggul adalah syarat mutlak agar UT dipercaya publik dan mampu berkembang secara berkelanjutan.
Lebih jauh, Udan juga memastikan prioritas strategi internasionalisasi tridharma perguruan tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, sebagai jembatan agar UT mampu bersaing dan berkontribusi di panggung dunia.
Dia mengaku merancang pengembangan program studi internasional serta memperluas kerja sama strategis dengan perguruan tinggi ternama dan korporasi global, seperti Google Education dan Microsoft Education.
“Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan memperkaya kualitas akademik. Tetapi juga untuk memperkuat ekosistem digital UT agar lebih adaptif dan inovatif menghadapi tuntutan era Society 5.0,” katanya.
Internasionalisasi, menurut Udan, harus menyentuh akar tridharma secara menyeluruh.
Dia merancang strategi yang mencakup pertukaran mahasiswa dan dosen, kerjasama penelitian antar negara, dan penyelenggaraan forum akademik internasional yang berkelanjutan.
“Melalui benchmarking ke institusi luar negeri bereputasi, UT dapat mengadopsi standar global, baik dalam hal kurikulum, pembelajaran, hingga keseluruhan proses bisnis institusi. Upaya ini diyakini akan mempercepat transformasi UT menjadi universitas jarak jauh bertaraf dunia,” katanya.
Untuk memastikan strategi tersebut berjalan efektif, dia mengatakan akan mengedepankan pendekatan koordinatif dan kolaboratif yang matang.
Setiap program kerja sama internasional akan didukung oleh mekanisme koordinasi yang jelas dan terstruktur. Forum pertemuan berkala, komite proyek, serta komunikasi intensif antara UT dan mitra global akan menjadi elemen penting untuk menjamin keselarasan visi dan pelaksanaan di lapangan.
“Pembagian peran dan tanggung jawab juga akan diatur dengan cermat, termasuk dalam aspek pendanaan, sumber daya manusia, dan operasional teknis,” katanya.
Ungkapan tersebut menekankan tidak hanya pentingnya keberlanjutan kerja sama, tetapi juga efektivitasnya melalui sistem monitoring dan evaluasi yang ketat.
“Di tengah arus digitalisasi global, teknologi akan menjadi alat utama untuk memperkuat komunikasi, memudahkan koordinasi, dan memastikan transparansi dalam setiap tahapan kerja sama internasional,” katanya.
Dalam kerangka besar transformasi ini, Udan juga menyiapkan lima fondasi utama untuk memastikan keberhasilan visi integrasi digital dan internasionalisasi tridharma di UT.
Pertama, peningkatan kualitas infrastruktur teknologi menjadi prioritas, termasuk penyediaan jaringan internet yang stabil dan merata hingga pelosok, serta pelatihan teknologi bagi mahasiswa.
Kedua, penguatan regulasi demi menjamin keamanan data sivitas akademika dan mendukung tata kelola digital berbasis prinsip good-corporate-governance.
“Tiga, transformasi layanan mahasiswa dan publik juga akan dilakukan melalui digitalisasi proses layanan akademik, keuangan, hingga keterbukaan informasi institusi,” kata Udan
Sekretariat pada Asian Association of Open Universities (AAOU) untuk tahun 2007-2009 ini merancang sistem layanan berbasis elektronik (SBKBE) sebagai instrumen efisiensi pelayanan yang mudah diakses dan cepat.
Keempat, perubahan budaya kerja organisasi menjadi fokus utama. Dia ingin mendorong birokrasi UT agar lebih responsif, adaptif, dan berbasis data dalam mengambil keputusan. Pemanfaatan big data, analitik, dan kecerdasan buatan akan menjadi bagian dari pembenahan ini.
Kelima, transformasi responsivitas terhadap tantangan akan diupayakan secara aktif. Prof. Udan menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi kesenjangan digital, melindungi data sivitas akademika, dan meningkatkan keterampilan SDM dalam teknologi.
“Fleksibilitas kebijakan yang rasional, didukung oleh konsistensi terhadap visi dan misi, menjadi kunci menghadapi berbagai dinamika yang mungkin muncul,” katanya.
Dengan komitmen tinggi, pendekatan yang realistis dan logis, serta strategi yang terukur, Udan optimistis dapat membawa kapal besar Universitas Terbuka berlayar menuju arah baru, yakni menjadi perguruan tinggi jarak jauh yang unggul, berintegritas, terbuka, dan berkelas dunia.
“Universitas Terbuka bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga dunia. Untuk mencapainya, setiap langkah harus ditempuh dengan visi, sinergi, dan keberanian,” katanya.