Mataramnews.co.id –
Sudah menjadi rahasia umum—dan tetap saja bikin geleng-geleng kepala—bahwa dunia motor klasik punya daya tarik yang kadang lebih kuat dari logika. Apalagi kalau yang dibahas adalah
Kawasaki W175
, motor bergaya retro yang selalu tampil santun tapi nyeleneh di hati. Namun, bagi yang kantongnya lebih banyak kosong daripada isinya, pertanyaan paling sakral adalah:
Tipe Kawasaki W175 yang paling ramah di dompet tapi tetap bisa bikin hati tersenyum bahagia adalah Kawasaki W175 Special Edition. Motor ini menawarkan desain klasik yang menarik dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan model lainnya di segmen tersebut.
Alih-alih menghabiskan jutaan rupiah untuk model tertinggi yang hanya berbeda emblem dan cat, lebih baik memilih yang paling realistis—siapa tahu, bisa menjadi pelipur lara sekaligus kendaraan penuh romansa.
Tipe Paling Terjangkau, Bukan Berarti Murahan
Tentu, Kawasaki tidak asal lempar produk ke pasaran. Setiap varian W175 punya segmen sendiri. Tapi
W175 tipe Standar
sering jadi buah bibir. Bukan karena paling wah, tapi karena paling jujur: tampil klasik, performa stabil, dan harga nggak bikin dompet trauma.
Dengan banderol kisaran Rp35 jutaan (tergantung daerah dan promo dealer), tipe ini menawarkan mesin 177cc SOHC, karburator Mikuni VM24, serta desain klasik yang benar-benar
“gue banget”
, setidaknya menurut
Andika (34 tahun), pecinta motor retro asal Bekasi
.
“Buat harian, W175 Standard sudah cukup. Tidak ribet, tampilannya sudah memadai. Ingin memodifikasi juga mudah, karena dasarnya sudah keren,” ungkap Andika.
Yang membuatnya menarik, tipe ini tidak dibebani dengan fitur-fitur ‘canggih’ yang justru sering menjadi alasan kenaikan harga di varian lain. Terkadang, yang sederhana itu lebih bisa diterima—terutama oleh tagihan listrik dan cicilan rumah.
Varian Lainnya, Menawan Tapi Bikin Kantong Menjerit
Tentu,
Cafe W175 dan TR
hadir sebagai pilihan bagi yang mendamba tampilan lebih nyentrik. Tapi apa daya, keduanya punya banderol harga yang bisa bikin menyesal setelah tanggal tua datang.
Café W175
memang menggoda. Gaya jok café racer, visor mungil di lampu depan, hingga kombinasi warna yang bikin motor ini kayak keluar dari garasi film Eropa tahun 60-an. Tapi harga lebih dari Rp36 jutaan bisa menjadi alasan banyak calon pembeli mundur perlahan.
Demikian pula dengan
W175 TR
, yang katanya sih “adventure look”—tapi nyatanya lebih sering dipakai untuk nongkrong di warung kopi ketimbang menaklukkan jalur terjal.
Laras (27 tahun), pengguna aktif W175 TR dari Jogja
, acknowledges its unique design but also recognizes its pragmatic side.
“Awalnya suka banget karena beda sendiri. Tapi lama-lama sadar, jarang dipakai ke tempat ekstrem juga. Kalau sekadar city ride, tipe Standard aja udah cukup,” jelas Laras dengan nada reflektif.
Pilihan yang Menyentuh Logika dan Perasaan
Bagi pencinta motor retro sejati, bukan sekadar soal gaya.
Standar W175
memiliki romantika yang tak lekang oleh waktu: jok panjang empuk yang mengingatkan pada masa kecil dibonceng ayah, suara mesin halus tanpa pretensi, dan kemudahan perawatan seperti motor era 90-an.
Dan yang paling penting, motor ini tidak memaksa pemiliknya untuk bertingkah seolah-olah memiliki banyak uang, meskipun ingin terlihat sederhana. Itulah kejujuran yang membedakan tipe ini dari saudaranya yang lebih mahal.
Raka (29 tahun), pegawai swasta di Bandung
menceritakan pengalamannya dengan W175 Standard sebagai “partner setia tanpa drama”.
“Tidak rumit, tapi selalu membuat senyum saat pagi-pagi berangkat kerja. Kadang romansa tidak datang dari fitur, tapi dari perasaan,” ujar Raka penuh makna.
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan. Tapi bila dompet ingin bahagia tanpa harus mengorbankan gaya,
Kawasaki W175 tipe Standard
adalah definisi dari kompromi yang indah. Sebuah pilihan rasional yang tetap menyisakan ruang untuk jatuh cinta.***