Gadgets: Pencuri Pertumbuhan Anak – Kenapa Harus Dihindari

Ketergantungan perangkat elektronik pada anak-anak bisa mencekal pertumbuhan keterampilan sosial serta emosi mereka, yang berpotensi merusak jalan masa depan mereka.

Bayangkan bila buah hati kita lebih sering terpaku pada perangkat elektronik dibandingkan bergaul dengan kawan-kawannya ataupun bersosialisasi dengan orangtua mereka.

Mungkin beberapa orang meremehkan hal ini sebagai persoalan yang tidak besar, tetapi keasikan pada peralatan elektronik sesungguhnya membahayakan pertumbuhan sosial serta emosi buah hati kita. Ini dapat berimbas pada mutu hidup mereka di masa mendatang.

Dampak Kecanduan Gadget pada Anak

Teknologi sangatlah vital bagi kehidupan anak-anak. Perangkat genggam ini memudahkan proses pembelajaran, hiburan, serta interaksi mereka. Walau begitu, pemakaian perangkat tersebut secara berlebih dapat menimbulkan efek negatif.

Berdasarkan studi oleh Yasinta dan Putri (2020), waktu menggunakan perangkat elektronik secara berlebihan dikaitkan dengan gangguan dalam pertumbuhan aspek sosial dan emosi pada anak usia pra sekolah.

Semakin sering anak menghabiskan waktu dengan perangkat elektronik, semakin tinggi potensi masalah dalam hal interaksi sosial dan kontrol emosi mereka.

Anak-anak yang sering menggunakan gadget cenderung kurang berinteraksi dengan teman sebaya. Interaksi ini penting untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka.

Anak-anak bisa menghadapi tantangan untuk berkomunikasi dengan keyakinan penuh, saling memberikan dan bekerjasama. Mereka mungkin akan merasakan kecemasan ketika harus bersosialisasi secara langsung terlebih lagi dengan individu yang masih asing bagi mereka.

Kondisi kesehatan jasmani pun penting untuk diawasi. Anak-anak yang ketagihan dengan alat elektronik cenderung menghabiskan waktu hanya duduk tanpa bergerak. Hal ini dapat membahayakan posisi badan, kesegaran mata, serta mutu istirahat mereka.

Menurunnya mutu istirahat dapat mengganggu fokus serta pertumbuhan otak.

Pembahasan Aspek Psikologis Terkait Pengaruh Gadget

Mengapa kemudian hal ini dapat terwujud?

Agar lebih jelas, mari kita bahas melalui kerangka pikiran Erik Erikson tentang perkembangan psikososial. Menurut Erikson, tiap fase dalam pertumbuhan anak mengandung konflik psikososial tertentu yang perlu dilaluinya.

Pada fase “Inisiatif versus Konflik Hati” serta “Industria versus inferioritas”, anak-anak mengembangkan kepercayaan diri, bersosialisasi dengan teman seusia, dan menyadari identitas pribadi mereka.

Apabila interaksi langsung diganti dengan penggunaan gadget, anak-anak akan kehilangan peluang untuk memperkuat kemampuan sosial mereka.

Teori keterikatan milik Bowlby pun masih sangat relevan. Menurut Bowlby, hubungan emosi yang erat terhadap penjaga primer sungguh vital. Apabila seorang anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama layar dibandingkan dengan ayah dan ibu atau saudara, maka ikatan tersebut dapat memudar.

Tidak adanya ikatan yang kuat dapat menimbulkan rasa takut atau ketidakamanan. Ini akan mempengaruhi kapabilitas anak dalam mengatur emosinya serta bersosialisasi di sekitar mereka.

Peranan orang tua dalam mengatur waktu penggunaan layar

Bagaimana kita selaku orangtua dapat menyelesaikan permasalahan tersebut? Hal terpentingnya ialah melakukan pengawasan serta manajemen waktu di depan layar dengan cermat.

Anak-anak memerlukan arahan untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana. Orangtua harus memberikan pilihan yang lebih baik. Undang mereka bermain di luar ruangan, membaca buku, atau terlibat dalam kegiatan kreasi bersama keluarga.

Ini memberi mereka kesempatan belajar bersosialisasi, berbagi, dan mengelola emosi melalui interaksi langsung.

Kontesta (2022) menyebutkan bahwa anak-anak yang kerap memanfaatkan perangkat elektronik cenderung lebih gampangan emosinya, merenggang dari pergaulan sekitar, serta mengalami kendala dalam penyesuaian diri.

Wali keluarga memiliki peranan signifikan dalam mengatur kesetimbangan di antara manfaat dari teknologi serta potensi bahaya penyalahgunaannya.

Wulandari serta Lestari (2023) merekomendasikan supaya para orangtua turut ambil bagian dalam memilih materi yang cocok dengan umur anak-anak mereka dan membicarakannya bersama-sama mengenai hal-hal apa saja yang telah dilihat oleh si kecil di layar kaca atau perangkat elektronik lainnya.

Ini membantu anak memahami dampak konsumsi digital. Sambil membangun komunikasi yang sehat dengan orang tua.

Teknologi belum tentu jahat. Melalui pendekatan yang tepat, anak-anak dapat meraih keuntungan besar dari perkembangan teknologi.

Tetapi, apabila kita membiarkan mereka terdampar di dalam dunia digital yang tak terbatas, kita mungkin akan merugikan pertumbuhan sosial dan emosi mereka.

Sebagai orangtua, kita perlu secara proaktif mendampingi, menunjukkan teladan yang baik, serta mendorong anak-anak untuk memprioritaskan waktu dengan keluarga dan teman sebaya.

Kesimpulan

Kecanduan gadget lebih dari sekadar waktu yang dihabiskan anak. Dampaknya besar pada keterampilan sosial, emosional, dan fisik mereka.

Dengan memahami teori Erikson dan Bowlby, kita bisa memahami kebutuhan anak akan interaksi langsung. Anak-anak perlu berbicara dengan teman dan keluarga untuk berkembang dengan baik.

Orangtua perlu aktif dalam pengaturan waktu gadget anak mereka. Sediakan pilihan kegiatan lain yang lebih bermanfaat serta tingkatkan interaksi emosional dengan mereka. Penting bagi anak untuk memiliki kesetaraan antara lingkungan maya dan fisik.

Apabila kita mempertahankan keseimbangan tersebut, maka kita akan mencegah mereka terjebak pada kecanduan. Selain itu, kita pula memberikan dasar yang kokoh bagi mereka guna menghadapi era digital. Semua orang memiliki peranan penting dalam mendesain nasib mereka di kemudian hari.

***

Referensi:

Yasinta, A., & Putri, A. (2020). Hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosio-emosional pada anak pra-sekolah. Zona Keperawatan, 11(1), 1–15. https://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/727/620
KontESA, F. (2022). Pengaruh pemakaian gadget terhadap pertumbuhan perilaku sosial emosi balita. Jurnal Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4(2), 317–334. https://jurnal.an-nur.ac.id/index.php/demo3/article/download/1645/1155/4252
WulandARI, L., & LESTARi, D. (2023). Imbas dari kemajuan teknologi serta perangkat elektronik di sektor pembentukan hubungan sosial. Proseding SInopsI, 2023, 269–274. https://prosidingsinopsi.unmer.ac.id/index.php/sinopsi/article/download/96/97/313