Kampus AI Pertama di Yogyakarta Siap Luncurkan 150 Ahli Teknologi Setiap Tahunnya

Politeknik Pertama yang fokus pada Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) di Yogyakarta, yaitu PLAI Budi Mulia Dua (PLAI BMD), akan segera diluncurkan. Institusi ini sudah memperoleh persetujuan pembangunan dan berencana menerima pendaftar baru untuk semester awalnya di pertengah tahun 2025.

Tasniem Fauzia Rais dari Yayasan Budi Mulia Dua mengatakan bahwa pembentukan PLAI BMD dipicu oleh kurangnya bakat digital di tanah air. “Malaysia memiliki 1.800 profesional bertalenta per satu juta orang, sedangkan di India angkanya mencapai 1.200. Sayangnya, di Indonesia jumlah ini hanya sekitar 250,” ungkap Tasniem saat menyerahkan sertifikat pendirian ke auditorium PLAI BMD di Sleman pada hari Kamis tanggal 8 Mei tersebut.

Tasniem menggarisbawahi pentingnya adanya pakar dalam bidang AI di masa kini yang semakin banyak terjadi tindakan kriminal cyber. “Sebenarnya pada zaman sekarang ini, data dinilai setara dengan emas baru. Karena itu, bocornya data mirip seperti penyelundupan atau rampasan. Inilah alasan utama kami para pengajar merasa tertantang untuk melakukan suatu hal,” katanya.

PLAI BMD akan meluncurkan tiga jurusan yakni Kecerdasan Buatan & Robotika, Sains Data Terapan, dan Rekayasa Keamanan Siber. Program kurikulum di institusi pendidikan tersebut mencakup 70% praktik dan 30% teori, selain itu sudah terjalin kerjasama dengan 13 perusahaan partner.

“Dengan memperkenalkan sektor industri ke dalam kurikulum belajar, diharapkan para mahasiswa mampu menciptakan produk-produk berbasis teknologi AI yang sudah siap untuk diperdagangkan. Selain itu, ini juga bertujuan untuk membantu menangani permasalahan-permasalahan nasional, sambil merubah mereka menjadi lulusan yang terampil dan siap bersaing di pasar tenaga kerja,” ungkap Tasniem.

Direktur PLAI BMD, Ridho Rahmadi, menjelaskan bahwa institusi pendidikan ini bertujuan menjadi pusat penelitian, sumber daya manusia berkualitas, bisnis, serta perhitungan dan data yang didukung oleh kecerdasan buatan. Beberapa prototype sedang dalam tahap persiapan, termasuk aplikasi obrolan bernama “SANTUN”, roket “ROS-13”, dan kendaraan pintar “VELOQU”.

“Ridho mengatakan bahwa mereka menargetkan akan terdapat sekitar 30 inisiatif produk dan lebih dari 150 bakat AI berkualifikasi tinggi yang diproduksi dalam satu tahun,” katanya.

Akan tetapi, dia juga mengenali kesulitan mendirikan perguruan tinggi baru dalam kurun waktu pendek. “Pada dasarnya tujuan kita untuk tahap awal yaitu mencapai sekitar 50 mahasiswa setiap program studi atau secara keseluruhan menjadi seribu lima ratus mahasiswa. Tetapi apabila terdapat tiga ratus calon mahasiswa yang diterima, tentunya kami akan bersedia,” ungkapnya.

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V, Prof Setyabudi Indartono, menyambut baik kehadiran PLAI BMD sebagai perguruan tinggi swasta ke-100 di Yogyakarta. Ia menyoroti pentingnya menjaga kualitas di tengah menurunnya minat kuliah di wilayah ini.

“Dari 100 perguruan tinggi swasta tersebut baru sembilan yang berstatus unggul. Sedangkan dari 750-an prodi yang ada saat ini baru 171 yang unggul. Hal ini menjadi salah satu faktor menurunnya animo mahasiswa untuk kuliah di Yogyakarta,” ungkap Prof Setyabudi.

Ia berharap PLAI BMD bisa menjalankan operasional kampus secara efisien dan menciptakan kurikulum dinamis. “Mari bersama-sama kita kembalikan imej Yogyakarta sebagai kota pendidikan,” tegasnya.