Orang yang Segera Genggam Ponsel saat Situasi Hancur? Mungkin Mereka punya 8 Ciri Ini, Apakah Kamu juga Demikian?


Mataramnews.co.id

Nyaris setiap orang pernah mengalami situasi yang membingungkan dalam bersosialisasi, baik itu ketika pembicaraan tiba-tiba terpotong, atmosfer menjadi tegang, atau kita bingung mencari kata-kata untuk diucapkan.

Pada keadaan semacam itu, banyak individu yang spontan meraih dan menggunakan telepon genggam mereka seakan-akin terdapat sesuatu yang mendesak untuk diperiksa atau direspons.

Sebenarnya, biasanya itu hanyalah suatu bentuk lari halus dari ketidaknyamanan. Menariknya lagi, kebiasaan tersebut bukannya cuma respons yang terjadi dengan cepat, tetapi juga dapat menunjukkan karakter seseorang serta bagaimana mereka menghadapi tekanan dalam masyarakat.

Pengguna yang secara spontan mengambil telepon genggam mereka ketika atmosfer menjadi tidak nyaman biasanya menunjukkan sejumlah karakteristik unik yang umumnya luput dari perhatian.

Menurut artikel di Blog Herald pada hari Jumat (9/5), ini adalah delapan karakteristik umum dari mereka yang segera mengambil ponsel untuk dipakai ketika atmosfer menjadi tidak nyaman.


1. Memakai Telepon Seluler Sebagai Sarana Perlindungan Diri

Seseorang yang secara langsung menggunakan ponsel ketika atmosfer menjadi tidak nyaman umumnya cukup sadar akan perubahan lingkungan sekitarnya.

Mereka dapat mendeteksi saat obrolan mulai tak enak dipandang mata, adanya keheningan yang canggung, atau bila subjek perbincangan sudah terlalu sensitif.

Di momen tersebutlah mereka langsung mengambil telepon genggam. Mereka berpura-pura memeriksa surel atau membaca pesan mendesak, tetapi pada dasarnya ini adalah metode halus bagi mereka untuk menjaga jarak dari keadaan yang kurang menyenangkan.

Ponsel dapat berfungsi sebagai bentuk perlindungan atau peneduh yang membebaskan mereka dari tekanan dan membantu mengatur emosi tanpa perlu khawatir menyakiti perasaan oranglain.


2. Memanfaatkan Telepon Seluler dalam Pembangunan Identitas Pribadi Tertentu

Banyak individu, entah sadar atau tidak, memakai telepon genggam sebagai sarana untuk mengembangkan gambaran tentang dirinya sendiri.

Saat merasa terpinggirkan dalam sebuah rapat atau kurang sejalan dengan obrolannya, mereka cenderung pura-pura sibuk mengecek hal-hal urgent di teleponnya.

Hasilnya ingin membuktikan bahwa mereka masih up-to-date, aktif, serta tak cuma duduk diam atau tanpa kegiatan di acara itu.

Walaupun kegiatan di ponsel mungkin tak terlalu signifikan, namun penampakannya seperti sedang produktif atau bersosialisasi lewat telepon seluler bisa meningkatkan rasa percaya diri dan melindungi martabat seseorang saat menghadapi lingkungan sosial yang kurang menyokong.


3. Memanfaatkan Telepon Genggam Untuk Menjaga Jarak Amankah

Saat berada dalam lingkungan yang begitu bising, membebani mental, atau mengakibatkan rasa tidak enak, individu tersebut akan mencari telepon genggamnya sebagai cara untuk menjaga jarak secara halus tanpa harus meninggalkan tempat itu.

Mereka akan bersikap seolah-olah sedang membaca hal-hal yang relevan atau mengetik balasan untuk dapat mengelak dari pertemuan tatap muka atau kontak mata.

Inilah cara halus untuk mengundurkan diri tanpa membuat orang lain tersinggung. Telepon genggam berperan sebagai pagar tak kasat mata yang sangat baik dalam melindungi privasi mereka.


4. Menggunakan Ponsel agar Lebih Hadir dalam Percakapan

Meskipun terdengar kontradiktif, orang-orang tertentu justru menggunakan ponsel untuk membantu mereka kembali fokus dan hadir secara emosional dalam percakapan.

Saat pikiran mulai dipenuhi rasa tidak nyaman atau overthinking karena suasana yang kikuk, membuka ponsel bisa menjadi cara mereka untuk menenangkan diri.

Dengan menyimak sedikit informasi singkat atau memainkan permainan pendek, mereka tampaknya membersihkan pikirannya. Sesudah itu, mereka dapat mengikuti diskusi lagi dengan lebih tenang dan fokus yang tajam.


5. Memanfaatkan Telepon Seluler untuk Terlepas dari Lingkungan yang Tak Enak Hati

Saat menghadapi suasana sosial yang semakin memanas atau berubah menjadi tak nyaman, seperti pada diskusi politik yang sengit atau percakapan sensitif, individu tersebut dengan cepat lari ke belakang layar ponsel sebagai cara untuk melewatinya.

Ponsel menjadi semacam kompas yang menuntun mereka untuk menjauh dari ketegangan dan menuju ke tempat aman secara emosional.

Dengan berpura-pura membaca pesan penting atau membalas notifikasi, mereka bisa secara sopan keluar dari percakapan tersebut tanpa harus berselisih.

Ini adalah cara mereka untuk menjaga kenyamanan diri sambil tetap menghargai suasana.


6. Memakai Telepon Seluler Sebagai Pelopor Dalam Percakapan Baru

Pengguna yang secara spontan mengoperasikan perangkat genggamnya ketika atmosfer mulai terasa kaku seringkali menyadari bahwa gadget tersebut dapat menjadi solusi dalam obrolan tersebut.

Mereka menggunakan bahan-bahan di dalamnya, seperti video populer, informasi terbaru, atau meme komikal, untuk mentransformasikan percakapan yang membosankan menjadi sesi diskusi yang lebih santai dan menghibur.

Melalui metode ini, mereka bukan saja menghindari ketidaknyamanan diri sendiri, namun juga mendorong orang lain agar terasa lebih tenang.

Mereka bisa menggunakan ponsel sebagai sarana untuk meredakan ketegangan, bukannya hanya alat untuk menghindari keadaan tidak nyaman.


7. Menjadi Bergantungan pada Ponsel demi Perasaan Aman dan Tenang

Untuk sejumlah orang, telepon genggam bukan sekadar perangkat untuk berkomunikasi, melainkan juga menjadi asal dari kedamaian mental mereka.

Saat merasa cemas atau tak nyaman, membuka ponsel dapat memberikan perasaan memiliki kendali di lingkungan yang sulit diprediksi tersebut.

Layar ponsel yang familiar, notifikasi yang masuk, atau bahkan hanya sekadar scoll media sosial bisa membuat mereka merasa kembali ke zona nyaman.

Ponsel berfungsi sebagai benteng digital yang dapat dipercaya ketika mereka membutuhkan waktu untuk meredakan stres dan menjernihkan pikiran.


8. Mereka Mengenal Diri Sendiri dan Memahami Bagaimana Meredam Kecemasan

Orang yang secara spontan memegang atau bermain dengan ponsel mereka ketika atmosfer menjadi tidak nyaman umumnya memiliki tingkat pemahaman diri yang tinggi.

Mereka memahami kapan waktunya untuk sedikit mengundur diri, kapan pun situasinya menjadi kurang menyenangkan, serta cara mengelola emosi tersebut tanpa menciptakan perselisihan.

Artinya, mereka menyadari akan pembatasan serta keperluan emosi diri. Penggunaan telepon genggam tidak hanya bertujuan untuk kabur, melainkan juga sebagai upaya bagi mereka dalam menangani respon diri terhadap dunia di sekelilingnya.

Ini mencerminkan kesadaran akan perasaan sendiri, seringkali menjadi indikasi dari tingkat keterampilan interpersonal individu tersebut.

***