Mataramnews.co.id, YOGYA
– Walaupun umurnya sudah tidak muda lagi, Yamaha L2 Super tetap memiliki posisi spesial di hati pecinta sepeda motor klasik berpendingin udara tipe dua tak.
Satu orang lainnya adalah Ghalif P. Sadewa, seorang pengajar yang juga gemar mengoleksi kendaraan bermotor lawas, menyukai L2 Super tak hanya gara-gara tampilannya, tetapi juga latar belakang cerita mendalam dari rodanya serta mesinya.
Minat Ghalif terhadap Yamaha L2 Super dimulai ketika dia tiba di Yogyakarta untuk pertama kalinya tahun 2012.
Pada era ketika arus transportasi semakin canggih, dia menyaksikan sepeda motor lawas tetap setia digunakan sebagai kendaraan sehari-hari oleh penduduk di kota mahasiswa tersebut.
“Pada daerah asli saya, motornya yang lama biasanya digunakan untuk pergi ke sawah atau dimanfaatkan oleh para lanjut usia. Namun di Jogja berbeda, sepertinya kendaraan bermotor jadul tersebut bangkit kembali,” katanya.
Di samping itu, dia menyebutkan bahwa alasannya diawal juga cukup praktikal, yaitu L2 Super saat itu belum secapai seperti sekarang ini.
Keputusan akhir jatuh ke L2 Super berkat tampilannya yang ramping serta nuansa macho dari eksterior bertema olahraga.
“Saya merasa lebih ‘maskulin’ dan asli saat mengendarai sepeda motor jenis ini daripada menggunakan bebek,” tambahnya.
Menelusuri perjalanan untuk mendapatkan sepeda motor impian bukanlah hal biasa bagi Ghalif. Dia telah berkeliling di beberapa platform penjualan online tetapi masih belum berhasil menemukan satu yang sesuai dengan keinginannya.
Suatu hari, dia dan kawannya menjelajahi Jogja-Magelang ketika mereka menemui seorang lelaki lanjut usia yang mengendarai L2 Super dengan membawa karung rumput.
“Saya mengikuti dia ke rumahnya dan setelah itu kami bertamu. Motor tersebut akhirnya saya beli dengan harga 1,5 juta rupiah,” ujarnya saat diingatkan.
Mobil produksi tahun 1976 yang dia beli saat itu hanya “masih bisa digunakan”, dilengkapi dengan mesin berukuran lebih besar dari standar dan komponen sekedarnya.
Namun semangatnya untuk menghidupkan kembali motor ini tak pernah surut.
Ghalif melaksanakan perombakkan lengkap dengan merestorasi spek mesin hingga mencapai 97cc, membenahi sistem listriknya, serta terpisahinya pengolahan minyak pelumas untuk kembali seperti aslinya.
“Banyak workshop sudah mengerjakan motornya tersebut. Biayanya? Hanya catatan yang tertinggal saja sudah mencapai kira-kira 9 juta,” ucapnya.
Salah satu kesulitan utama dalam proses restorasi adalah menemukan penutup rantai serta emblemat asli, hal ini masih belum berhasil dia temukan sampai saat ini.
Yamaha L2 Super adalah sepeda motor berbahan bakar 2-strok yang diluncurkan di masa tahun 1970an.
Tenaga oleh mesin berkapasitas 97cc yang dilengkapi dengan sistem pelumas otomatis (sistem oli samping), motor ini terkenal karena bunyi knak-knoknya yang khas serta akselerasi yang cepat dan lincah.
Bodi yang ramping, tangki dengan bentuk oval, serta lampu-lampu bundar memberikan pesona khusus pada desainnya.
Walaupun klasik, sistem listriknya simpel dan gampang diperbaiki, sehingga motor ini cocok untuk pemula yang hobi atau kolektor berpengalaman.
Untuk Ghalif, merasakan naik L2 Super bukan hanya tentang kenangan masa lalu.
“Berasa waktu kembali ke era 70-an. Saya jadi nggak ingin tergesa-gesa saat berkendara,” ujarnya.
Ia mengaku sering ditawar orang saat berhenti, menandakan pesona L2 Super tak pernah luntur.
Walau kini tak lagi dipakai harian, Ghalif tetap mengendarainya 2-3 kali seminggu.
Ia merasa bentuk ramping motor ini sangat cocok dengan postur tubuhnya, irit untuk kelas 2-tak, dan tentunya pajak yang ringan.
Meski tak melihat motor ini sebagai bentuk investasi, Ghalif yakin L2 Super layak dikoleksi untuk jangka panjang, khususnya bagi mereka yang ingin mengenang masa lalu.
“Kalau orientasinya jual-beli barang antik, saya nggak tahu. Tapi kalau buat klangenan, cocok banget,” katanya.
Ghalif mengakhiri percakapan dengan pesan yang tegas tapi jujur untuk para pemula yang berencana memulai perawatan pada sepeda motor lawas.
“Bila tidak memiliki uang ekstra, atau minat untuk merawat oli dan membersihkan mesin, bahkan takut jika kendaraan mogok, lebih baik jangan dibeli dahulu,” katanya sambil terkikik.
(nto)