Piter Abdullah Piter, seorang ekonom senior, memberikan tanggapannya terkait rencana penggabungan antara dua perusahaan besar bidang teknologi digital di Indonesia, yaitu GoTo dan Grab. Ia mengingatkan pihak pemerintahan untuk berhati-hati dalam menyikapi hal tersebut.
Piter menganjurkan bahwa pihak berwenang, termasuk Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), harus memantau efek dari penggabungan tersebut pada keamanan informasi pelanggan, selain juga bagaimana hal itu akan mempengaruhi pembeli dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Pemimpin Komdigi perlu mempertimbangkan aspek manajemen data dan kepemilikan teknologi informasi. Apabila ini berada di tangan luar negeri, hal tersebut menjadi sorotan bagi Komdigi. Selain itu, mereka juga wajib mengurusi masalah perlindungan konsumen serta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam setiap bidang kementerian,” ungkap Piter lewat rilis resmi seperti dilaporkan oleh Mataramnews.co.id pada hari Jumat, 9 Mei.
Selanjutnya, Piter menekankan elemen nasionalisme pada diskusi tentang penggabungan itu, mempertimbangkan posisi kepemilikan asing di Grab berbanding GoTo yang dia gambarkan sebagai perusahaan lokal.
Piter menggarisbawahi bahwa bidang digital tidak boleh dianggap hanya sebagai urusan bisnis, tetapi juga berkaitan dengan kemerdekaan data serta keamanan strategis negara.
Dia menekankan kebutuhan untuk memperhitungkan unsur nasionalisme saat menyusun strategi pengakuan, khususnya apabila pihak yang mungkin melakukan pengambilalihan adalah perusahaan luar negeri semacam Grab.
Menurut dia, GoTo adalah sebuah pencapaian dari insan Tanah Air yang perlu dilindungi, apalagi lantaran teknologinya memproses informasi dengan volume besar serta tingkat kesulitan yang tinggi. Karena alasan tersebut, bila kendali atas entitas ini berada di tangan orang asing, masalah privasi data akan jadi hal penting untuk diperhatikan.
“GoTo merupakan hasil karya putra bangsa, sehingga ada hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu untuk tidak membiarkannya diakuisisi oleh Grab yang berasal dari luar negeri. Teknologinya berbasis data dan memiliki jaringan luas. Apabila pengendaliannya jatuh ke tangan asing, akan menjadi masalah besar berkaitan dengan keamanan data,” tambahnya.
Piter juga menegaskan bahwa tidak ada urgensi dari masing masing platform untuk akuisisi/merger.
“Menurut saya, tidak terdapat kepentingan mendesak bagi kedua belah pihak untuk menggabungkan usaha,” kata Piter.
Akhirnya, Piter menyatakan bahwa tanto GoTo maupun Grab mempunyai sistem bisnis digital yang mirip, jadi peluang penggabungan sebagian besar dipicu oleh keinginan untuk mendominasi pasaran.
“Ekosistem mereka memang serupa, jadi tampaknya yang menjadi prioritas hanyalah pangsa pasar dan mengendalikan pangsa tersebut.” demikian penutupan Piter.