Mataramnews.co.id
– Salah satu elemen vital dalam sepeda motor matic adalah sabuk V, yang bertugas mentransmisikan daya dari mesin ke roda belakang. Apabila sabuk V ini sudah tipis atau bermasalah, maka kemampuan motor dapat terganggu secara signifikan dan berpotensi mati mendadak saat digunakan. Maka itu, bilamana waktunya ideal untuk menukar sabuk V tersebut?
Masa Pakai Sabuk V: Bergantung pada Jarak Tempuh dan Frekuensi Penggunaan
Secara umum, V-belt pada sepeda motor matic disarankan untuk diganti antara 20.000 sampai 30.000 kilometer. Akan tetapi, interval ini dapat bervariasi bergantung pada merk, tipe kendaraan, serta cara pemakaian sehari-hari. “Pergantian V-belt kebanyakan dilakukan ketika sudah mencapai jarak tempuh 24.000 kilometer, atau telah melewati masa pakai selama satu tahun,”
ungkap oleh seorang teknisi dari AHASS di Kota Depok, Jawa Barat terhadap
Mataramnews.co.id
.
Jika motor sering dipakai dalam kondisi lalu lintas padat, sering membawa beban berat, atau digunakan dalam jarak pendek berulang-ulang, maka usia pakai V-belt bisa lebih pendek dari rekomendasi pabrikan.
Tanda-Tanda V-Belt Motor Harus Diganti
Ada beberapa ciri yang menandakan V-belt motor sudah tidak layak pakai:
Tarikan motor terasa berat atau tersendat
Apabila kecepatan motor tidak seperti biasa atau tampak ada hambatan pada putaran mesin, mungkin saja sabuk V-nya telah menipis karena pemakaian.
Suara berdecit dari CVT
Suara gemeretak atau bising dari bagian CVT (Transmisi Variasi Berterusan) dapat menandakan sabuk V mulai retak atau keras.
Guncangan ekstra ketika sepeda motor sedang digunakan
Gemetar ekstra baik saat kecepatan lambat maupun cepat umumnya menandakan V-belt sudah aus atau tak sejajar.
V-belt nampak pecah atau kendur ketika dilepas.
Inspeksi visual yang dilakukan oleh teknisi bisa secara langsung menilai keadaan V-belt. Bila telah pecah-pecah, keras, atau tampak tipis, lebih baik segera digantikan.
Resiko Ketertundaan Dalam Menggantikan V-Belt
Mengecoh pergantian sabuk V dapat menghasilkan konsekuensi serius. Sabuk V yang pecah ketika sedang melaju mampu membuat sepeda motornya tiba-tiba mati dan menciptakan situasi berbahaya bagi si pengendaranya. Di samping itu, hal ini juga bisa menyebar hingga ke bagian CVT lainnya seperti rol, tempat tinggal rol, atau bahkan pelana utama dan sekunder. Mekanik tersebut menjelaskan, “Pemilik kendaraan roda dua disarankan untuk memeriksakan secara teratur sistem CVT mereka setiap jarak 8.000 kilometer di bengkel resmi.”
(*)